SEBUAH laporan tentang iklim meneliti bagaimana perubahan iklim akan mengubah cuaca di 24 negara dalam 2012.
Laporan
bertajuk "Climate: Observations, projections and impacts" itu
mengungkap hasil yang berbeda-beda, dari satu kawasan ke kawasan
lainnya. Namun, kesamaan isi laporan adalah adanya peningkatan banjir di
pesisir pulau atau sungai, cuaca ekstrem dan kenaikan temperatur
global.Kenaikan temperatur global, lanjut laporan itu, akan terjadi sebanyak tiga hingga lima derajat Celcius jika emisi gas rumah kaca tidak dipantau. Ahli cuaca meramalkan, kota-kota seperti New York di Amerika Serikat hingga Dhaka di Bangladesh akan merasakan dampaknya.
Direktur jaringan C40 Cities yang mempromosikan perkembangan berkelanjutan antarkota di seluruh dunia, Simon Reddy menyatakan, hal ini bisa menjadi sebuah katalis adanya migrasi ke daerah pinggir kota. "Jika perhitungan akurat, akan ada beberapa bagian dari seluruh negara di dunia yang mengalami kerusakan. Penduduknya harus mengungsi ke tempat lain agar bisa hidup," ujarnya.
Reddy memberi contoh, sepertiga daerah rawan banjir di Bangladesh, Asia Selatan, kemungkinan tak bisa dihuni karena tinggi permukaan laut di kawasan itu akan naik sekitar dua kaki atau kurang lebih 60 centimeter.
Dengan prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa 70% penduduk dunia akan menghuni kota per 2050, dampak perubahan iklim terhadap lingkungan urban atau pinggiran akan menjadi isu yang amat menekan ketimbang sebelumnya.
Sejarahnya, kota-kota yang dibangun di dekat perairan dan pesisir tumbuh pesat karena melakukan perdagangan dan transportasi maritim. Sebab itulah, ujar analis perubahan iklim OECD Jan Corfee-Morlot, banyak kota berlokasi di daerah tersebut.
"Artinya, terjadi pula peningkatan terhadap kota-kota yang berpotensi terendam air," katanya. Hal ini, lanjut Morlot, telah dibuktikan dalam sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD).
No comments:
Post a Comment